Selasa, 26 Maret 2013

Kamu adalah Jawaban dari Doa-Doa yang Kulangitkan, Rasa Syukur untuk Kebahagiaan yang Tak Terukur

Pada suatu bulan kau hadir, aku menyapa.
Pada suatu pagi kau datang, aku gempita.
Pada suatu janji kau menetap, aku bahagia.
Pada tiap hari aku menjatuhkan hati padamu berulang-ulang berkali-kali.
Satu hal yang ku suka dari banyak hal yang ku suka dari padamu; terkadang caramu menyayangiku lebih dari kemampuanmu itu sendiri.
Terima kasih untuk segala hal yang telah, tengah dan belum terjadi, jadikan aku sebagai kebaikan yang dapat dibayangkan oleh ingatanmu yang malam.
Namamu selalu ada di lima kali sehari di syahdu hening dan di sepertiga malam di situ berdiam doaku, serta pada helaan nafas panjang sebelum kata Aamiin ada segala hal baik tentangmu.
Tak lihatkah kau tuan, aku wanita yang kerap gemetar karena cinta yang tak mungkin dipahami siapapun.
Wanita di bawah rintik gerimis, di tangan kanan memegang tangan kekasihnya kirinya menyibak haru tangis.
Hiduplah terus di dadaku, menjadi apa-apa selain segala debar yang kian menghilang.
Mataku bulan sabit sedang kau purnama yang menerangi bawah langitku.
Cinta itu adalah ketika kamu tulus memberi padahal kamu sendiripun tidak berlebih.
Untuk lelakiku, aku mencintaimu.

Rabu, 13 Maret 2013

Kau Melipat Begitu Banyak Jarak Pilih Menetap karena Tengah Memilih Aku

Kenal sudah cukup lama tapi mengapa baru sekarang?, karena semesta tahu betul apa itu arti sebuah momentum. Purba mungkin Tuhan tengah khilaf karena menciptakan seorang sebayanya Gabriel dalam sosok keturunan Adam. Jauh-jauh kau kembali datang agar dapat sekadar memandang. Sesungguhnya hatiku telah terjatuh jauh sebelum sepasang matamu hanya melihat ke arahku. Pengorbananmu yang mana yang tidak membuatku menelan ludah. Perjuanganmu yang mana yang tidak mengalahkan semua. Terkadang mata tidak dapat melihat keindahan tertentu dan kamu lebih dari indah yang pernah ku jumpa. 'Aku tak peduli bagaimanapun adanya kamu, aku sayang hatimu' kau pun menambahkan. Kau lipat begitu banyak jarak, kau pilih menetap karena tengah memilih aku dan kau berkata; sebab, mencintaimu adalah jalan yang sudah benar-benar aku niatkan. Aku mencintaimu tanpa karena, tanpa alasan, pada hatikupun yang tak begitu lapang jadikanlah tempat teduh semegah-megahnya rumah semoga kau nyaman dan berbahagia. Sekali lagi, menemukanmu tanpa ku cari adalah rasa syukur yang tak pernah bisa aku sudahi.