Selasa, 18 Maret 2014

Menikah Karena

Aku ingat percakapan penuh ketegangan di meja makan depan kolam renang di salah satu villa daerah Krobokan, Bali malam itu. Percakapan yang terkadang mengubah paradigmaku tentang berkeluarga. Dia salah satu sahabatku, walau kenal sejak kecil tapi wataknya yang keras kupikir tidak akan pernah cocok denganku yang bertabiat serupa, tapi bagaimanapun juga di antara kawan-kawan lainnya, omongan dariku yang selalu didengarnya, mungkin hanya padaku dia bisa menikahkan persepsi.

Jumat, 14 Maret 2014

Dalam Perjalanan Hendak Pulang



Hujan hari ini Luh, hujan yang sama pernah terjatuh ketika kita hendak memutuskan bertemu pertama kali di suatu trotoar yang cemas. Hujan deras sepanjang hari, tapi kali ini berbeda, hujan kali ini deras tapi hanya sebentar mungkin seperti perasaanmu yang dulu pernah kau jatuhkan padaku. Kini, aku hendak pulang ke rumah tidak menemuimu karena kau yang sudah engan bertemu denganku sepertinya. Aku sedang menakar apalagi sebenarnya, dari perasan-perasaan kita yang terlanjur jauh, saat ingatan-ingatan dibangkitkan, dada ini masih saja menyimpan lebam.

Rabu, 05 Maret 2014

Yang Berkata "Aku Takut Kehilanganmu" pada Akhirnya Akan Pergi Juga

Gula-gula dari sakuku mungkin tak cukup mentol dibanding permenmu hingga kau menolak, tapi kuyakin brondong jagung karamel kesukaanku lebih nikmat dibanding keripik kentang vetsinmu, atau tak ada yang lebih menyehatkan daripada air putih yang kugenggam dibanding minuman lemon olahan yang kau pesan. Lalu lampu padam menandakan pertujukan teater akan dimulai. Aku tak tahu kita sedang menonton apa, tapi yang pasti kepalaku memutar segalanya tentangmu kala itu.

Senin, 03 Maret 2014

Tentang Perasaan yang Baru Dimulai Lantas Dipaksa Selesai

Berangsur kau membuatku nyaman, sejak saat itu aku sadar aku dalam bahaya. Masih sering memikirkan seseorang menandakan bahwa mungkin masih ada perasaan yang belum terselesaikan. Terkadang kita sibuk memikirkan orang yang tidak memikirkan kita, padahal betapa berharganya hidup kita di kehidupan orang lain selain dia. Tapi mungkin Tuhan menghukumku dengan caraNya dengan mengutukmu membatu di kepalaku, sedang aku hanya musafir yang pada belukar hatimu aku terusir.