Kamis, 06 Desember 2012

Kecupmu di Larut Itu Ternyata Untuk yang Terakhir

Kamu adalah partner ciuman dan diskusiku yang menenangkan sekaligus menyenangkan. Harimu berisi banyak keluhan, sepertinya jika di dekat aku kamu bisa lebih sedikit lepas. Pesona bulan malam itu tergerus pagutan lidahmu, diiringi dinginnya cuaca seperti membasuh lembut tengkuk dan leherku. Hempaskan aku ke bangku sempit mobilmu kala itu hingga titik terperihnya. Dalam rinai hujan mengingatkan akan desahmu yang tak mungkin ku lupa, ada rona merah pada gigil bibir yang tak mampu berontak untuk ku lumat. Suaraku terdengar parau berkata bahwa jangan lakukan ini ku takut benar-benar menjatuhkan hati padamu, namun gema debarmu bahkan lebih kencang dari keramaian tempat lokalisasi malam. Pada bibirmu yang kau sematkan racun perlahan ku sesap habis dan akupun mati kau tak beri aku penawar. Kau berkata padaku, cumbumu malam itu merupakan yang terakhir, ku anggukkan kepala tanda setuju sambil merebah dan tak berdebar lagi. Seorang pria berdoa agar mendapatkan wanita yang baik dan terakhir dalam hidupnya setelah mencampakkan sahabat sekaligus teman kencan terbaiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar