Teruntuk kamu,
Entah apa, entah bagaimana, datang tiba-tiba, tiba-tiba saja. Diiringi temaram lampu jalan serta angin dan rinai hujan malam itu kau berdiri tepat di depan surau dekat kediamanku. Lagi-lagi mungkin aku bertanya mengapa Tuhan selalu mempertemukan aku dengan seseorang yang bahkan di selipan tasbihkupun tak pernah terlintas namanya. Pria ramah dan amat bersahaja pikirku. Walaupun jantungku kala itu
Entah apa, entah bagaimana, datang tiba-tiba, tiba-tiba saja. Diiringi temaram lampu jalan serta angin dan rinai hujan malam itu kau berdiri tepat di depan surau dekat kediamanku. Lagi-lagi mungkin aku bertanya mengapa Tuhan selalu mempertemukan aku dengan seseorang yang bahkan di selipan tasbihkupun tak pernah terlintas namanya. Pria ramah dan amat bersahaja pikirku. Walaupun jantungku kala itu
tidak
bak panggung orkestra, konduktor yang tak berpiawai memburu nada namun tetap
saja membaca partitur rumit bait-bait keberadaanmu. Kau tahu satu kelebihanmu,
sepertinya telingamu sengaja didesign Tuhan untuk mendengar semua ceritaku. Di dekatmu aku bisa lepas tanpa
beban, menjadi diriku sendiri dengan segala kekuranganku dan sialnya aku merasa
nyaman. Malam pun kian meninggi padahal
sesungguhnya aku tidak ingin segera bergegas pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar