Aku menunggumu tak lebih lama dari hujan awal bulan Januari tahun ini, tak lebih tabah dari seorang gadis yang meminjami payungnya ke orang lain sedang dia lebih memilih kuyup.
Kita memulai sesuatu dengan hal-hal sederhana, seperti percakapan alis yang menyatu berarti pemilik kening tersebut serius atau mengapa tubuh kita tidak lebih tinggi dari adik kita sendiri.
Aku ingat pertemuan kita malam itu, pertemuan yang lebih lucu dari
lelucon kawan-kawanmu.
Kita berpindah dari bangku satu ke bangku lainnya tetapi telingaku tertuju pada degub jantungmu, getar yang menyuarakan rasa ingin, rasa ingin yang lebih. Malam melarut sedang kita tetap asik membicarakan hal-hal tak jelas hingga diusir penjaga gedung.
Kita berpindah dari bangku satu ke bangku lainnya tetapi telingaku tertuju pada degub jantungmu, getar yang menyuarakan rasa ingin, rasa ingin yang lebih. Malam melarut sedang kita tetap asik membicarakan hal-hal tak jelas hingga diusir penjaga gedung.
"Sebelum pulang aku izin ke kamar mandi sebentar ya."
"Iya."
Mungkin izinku sebentar tapi sepertinya aku pergi terlalu lama karena sembari membeli minum dalam botolan.
"Lama enggak?"
"Iya."
"Kamu pikir aku pulang ya?"
"Iya."
"Kok, kamu mikirnya gitu?"
"Soalnya pernah."
"Hah? pernah, pasti kamu tipe orang yang sering ketemuan sama orang-orang yang baru kau kenal gitu ya?"
"Bukan, tapi sama mama"
"Mana mungkin aku meninggalkanmu di halte yang
bangkunya basah setelah hujan dan terasa dingin. Tidak,
aku tidak seperti itu, kau berhadapan dengan seseorang yang sangat
menjaga perasaan orang lain. Orang yang memperlakukan seseorang
sebagaimana ia ingin diperlakukan."
"Aku suka kamu."
"Kok bisa?"
"Enggak tahu bisa aja."
"Oh."
"Kamu tahu aku enggak pernah kayak gini, aku enggak mungkin bilang ini dengan cepat kalau aku belum benar-benar yakin, aku ngerasa kamu seseorang yang aku cari, seseorang yang bisa ngelengkapin aku, aku tahu kamu orang yang susah untuk didekati, tapi aku mau coba, sejak saat ini aku janji bakal berjuang dapetin kamu, aku enggak mau keduluan orang."
"Lah!"
Aku mengenalmu sebagai seseorang yang gigih dan pantang menyerah. Sosok yang ramah, yang cepat sekali akrab, atau malah cepat sekali suka. Seseorang yang mungkin mudah sekali tuk disentuh hatinya atau mungkin sebelum bertemu denganku, pada cinta yang lain hatimu tak benar-benar terjatuh. Entahlah..
"Aku suka kamu."
"Kok bisa?"
"Enggak tahu bisa aja."
"Oh."
"Kamu tahu aku enggak pernah kayak gini, aku enggak mungkin bilang ini dengan cepat kalau aku belum benar-benar yakin, aku ngerasa kamu seseorang yang aku cari, seseorang yang bisa ngelengkapin aku, aku tahu kamu orang yang susah untuk didekati, tapi aku mau coba, sejak saat ini aku janji bakal berjuang dapetin kamu, aku enggak mau keduluan orang."
"Lah!"
Aku mengenalmu sebagai seseorang yang gigih dan pantang menyerah. Sosok yang ramah, yang cepat sekali akrab, atau malah cepat sekali suka. Seseorang yang mungkin mudah sekali tuk disentuh hatinya atau mungkin sebelum bertemu denganku, pada cinta yang lain hatimu tak benar-benar terjatuh. Entahlah..
Aku percaya Tuhan selalu punya cara mempertemukan seseorang yang pada awalnya tak pernah dicari, yang pada mulanya dalam sebuah doa saja tak pernah disebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar