Tuhan, jangan sampai karena terlalu banyak kecewa akan cinta, hidup sudah kehilangan gairah, tak ada
lagi yang ingin kupinta, hati terasa mati rasa, aku jadi lupa caranya berdoa.
Memang ada benarnya ketika membicarakan cinta, harusnya sama. Sama rasa, sama agama, sama struktur wajah, sama kasta dan sama latar belakang
keluarga.
Ketika jodoh sudah dikotak-kotakan Tuhan sedemikian rupa, sesungguhnya
anak Putra Mahkota yang jatuh cinta dengan Dayang Istana hanya ada dicerita drama.
Ketika harap dan mimpi akan cinta berbanding terbalik dengan realita, seakan derita
lebih baik ditelan mentah-mentah dan mengikhlaskan segala.
Biar takdir cinta menemui jalannya sendiri. Walau berbatu, buntu, berliku dan terasa nyeri.
Harus berapa lama lagi cinta yang ku cintai dan mencintai akan datang padaku?.
Sepanjang usia, hati ini merasa tidak ada yang mencintai dan raga ini tidak ada yang ingin memiliki.
Sampai di jeda cerita bertemu dengan beberapa cinta, itu pun cinta yang salah, semua terasa sia-sia saat airmata tak dapat lagi berbicara tentang luka.
Spekulasi muncul di dada, paradigma berlomba di kepala, harusnya ku dapat
mencerna, segala sesuatu yang kupinta, namun Tuhan berkehendak beda.
Aku selalu bersyukur dalam segala hal, namun Tuhan luput
menyempurnakannya dengan keberuntunganku dalam cinta. Seperti cinta Adam
kepada Hawa atau cinta Kawula terhadap Semestanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar