'Ay', nama yang aneh ditelinga namun gaungnya terus menggema dikepala.
'Ay', apa yang lebih memabukkan dari cintamu, aku tersedak kata mengeluhkan sebuah nama.
'Ay', mungkin kemarin adalah hari sial bagiku namun hari baik untukmu.
Hari baik dimana akhirnya kau tahu tentang aku dan memutuskan untuk pergi, pada suatu waktu yang tidak begitu jauh, saat kita belum terlalu jatuh.
Berkatalah bibirku didekat telingamu,
jangan terlalu dalam pada hatiku mengakar, jika kau tak hendak selamanya tinggal, 'ay'.
jangan terlalu dalam pada hatiku mengakar, jika kau tak hendak selamanya tinggal, 'ay'.
Mengapa kau diam 'ay'?, apa salah dan hinaku padamu?.
Jangan siksa aku dengan segala pertanyaan yang bergumul dikepala lantas membuat sesak dalam dada.
Mungkin diam mu juga merupakan salah satu bentuk perlawanan.
Diam adalah bagian dari menyusun kekuatan.
Kekuatan untuk mencari jalan keluar dari permasalahan.
Permasalahan yang dibuat bersama, tapi tak pernah dituturkan olehmu secara gamblang padaku.
Kau berkata aku baik-baik saja 'ay'. Tapi semua terbalik, kau sedang tak baik-baik sampai diammu merupakan jawaban bagiku.
Mungkin aku hanya parasit dipikiranmu yang menganggu, itu lah sebabnya aku disuruh pergi menjauh.
Akhirnya aku harus menyerah pada takdir yang kau suruh amini, aku menjauh karena aku tak punya alasan untuk terus mendekat.
Tapi, aku adalah aku sebelum dan sesudah ditinggalkan olehmu.
Tinggi rendahnya perasaan seseorang bisa dinilai dari segampang apa dia meninggalkan pasangannya.
Jika kelak kau menutup mata untuk segala tentangku, jangan lupa, aku pernah tergambar di permukaan air matamu.
'Ay', masih ingat kan jalan menuju rumahku?. Aku rindu kamu, bukan hanya
untuk sekedar cumbu rayu.
Datanglah padaku, jika harimu buruk dan kelabu, aku sabar
menunggu, rebahkan segala lara dan gelisah hanya padaku dan Tuhanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar