Ku telan bulat-bulat tamparan pengkianatan, sisa caci makimu takkan pernah lekang dalam ingatan. Sepanjang usia perkenalan kita, kau gemar meninggalkan memar ditiap ku
punya aksara. Sisanya, hinaanmu yang memaksaku untuk segera mematikan rasa. Hatiku kini tandus, mataku berkaca-kaca, akhirnya ku sadar kedatanganmu hanya mengantarkan luka.
Sukmaku menjerit, dikuasai debar liar saat pertama kali kita berjumpa. Jangankan mengingat pernah mencinta, bertegur sapa pun aku tak kuasa. Aku terdiam melihat punggungmu membelakangiku, langkahku gontai harus
pergi menjauhimu. Semakin jauh, jauh dan tidak akan pernah terlihat lagi. Satu hal yang harus kau tahu jika kau ingin pergi, pergilah yang jauh dan jangan pernah kembali lagi, karena ranah batinku telah menutup diri untuk segalanya tentangmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar