Aku berjumpa dengan mantan kekasihku.
Dia sedang membuang sesuatu. 'Masih hangat dan berdebar kencang', kataku
sambil memungut hatinya yang tertinggal. Malam kemarin dengkurannya terdengar jelas, mata sayunya tertutup sendu. Ia tertidur pulas satu jengkal di samping aku. Kau lebih banyak diam dan lebih memilih berspekulasi yang bukan-bukan tanpa pernah aku di beri penjelasan dan menjelaskan apapun. Telan segala asumsimu sendiri, aku hanya bisa tersenyum atas pradugamu yang ternyata salah. Harusnya dulu kamu senang diperhatiin orang secuek aku. Karena perhatian aku takkan pernah datang dua kali. Ada waktu di mana kau merasa jumawa karena dirindukan aku dan ada masa di mana mengingat namamu saja mungkin aku sudah lupa. Antara
salah benar serta khilaf dan sadar, menjatuhkan hati padamu di luar
kendaliku dan membuat kita berpisah sungguh bukan inginku. Pada malam kita sama-sama melenyapkan perasaan, padahal kita sama-sama tahu bahwa hati kita yang saling mencintai tidak pernah tertidur. Aku adalah keteraturan yang berantakan, ruang hampa berpartikel kecil dengan harapan mendapat senyawa terbaiknya dan mungkin bukan kamu orangnya. Datang, temui, peluk dan cium aku sekali lagi. Agar aku tahu kan membiarkanmu pergi sebagai apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar