Selasa, 16 Oktober 2012

Saya Mengagumi Kamu, Biarlah Saya Melakukan Ini Sendiri

Pertemuan di ruang seminar sebuah hotel menjadi awal kita berjumpa. Tak sadarkah banyak orang di sana, tapi mataku tak lepas dari sosokmu kala itu. Februari lalu, ku lihat pria mempesona dengan segala tipe aku di dalamnya. Cukup ku kagumi kau dari jauh, jangankan bisa berharap mendekatimu, menyapamu saja waktu itu ku tak mampu. Pria hebat di dunianya, unik dan aku suka walau ku tahu pasti kamu tidak.

Waktu berselang, aku dan kamu pun tetap berada pada tempatnya masing-masing. Kau punya cerita cinta sendiri, inginku bersikukuh menyelinap di antara spasi kalimatmu, antar jeda paragrafmu. Tapi tak mungkin lah fikirku, aku tidak ada apa-apanya untuk mengenal dirimu lebih jauh.

Senja itu, tiba-tiba ada seseorang yang ku kenali percis berada hanya beberapa senti dari gerbang rumah ku. Ku tegasi gurat parasnya, betapa terkejutnya dengan kedua mata buramku,
aku melihat kamu. Antara senang dan bingung mengapa kau bisa ada di depanku. 
Mendekatlah dirimu, tak kuasa ku memeluk tubuh tegapmu.
'Aku bisa melakukan apa yang paling sangat kamu pikirkan tidak mungkin terjadi dan aku tahu kau menyukaiku, maka ku putuskan untuk mencari dan menemuimu. Terlalu lelah jika aku lebih memilih menunggu seseorang yang sesuai kriteriaku, aku ingin mencoba menjadi kriteria orang lain saja dan itu kamu.' Ujar pria berambut agak panjang ikal yang selalu mengenakan ikat kepala.
Terbelalaklah mataku, ku rasakan aliran darah mengalir begitu cepat di sepanjang arteri dan bermuara di serambi jantungku.
'Aku ingin melamarmu, aku ingin mewujudkan segala konsep yang ada di kepalamu, kau wanita cerdas, betapa beruntungnya aku bila bisa menjadi bagian dari hidup, duka dan bahagiamu. Tapi ada yang perlu kau dengar dan kau ketahui, bahwasanya aku harus menikah terlebih dahulu dengan orang lain sebelum bisa bersamamu, aku sudah menandatangani kesepakatan pernikahan seorang sahabat yang kekasihnya meninggalkannya setelah tahu bahwa dia hamil.' tambah pria tersebut.
Betapa terkejutnya aku, seperti diangkat tinggi-tinggi lalu di hempas tanpa diberi parasut dan pelindung kepala telebih dulu.
'Aku berjanji tidak akan ku sentuh wanita itu dalam ranjang semu, kau harus menungguku, ini tidak akan lama, setelah menikahi dan anaknya lahir aku akan bercerai dengannya, lalu kita bisa hidup bahagia berdua selama-lamanya.' Pria dalam central cerita tersebut menambahkan.
Aku pun menganggukkan kepala. Kami sepakat hari itu akan pergi berdua dan membuat sebuah jejak yang suatu kelak bisa kita sebut kenangan.

Hari lambat laut berganti, waktu yang ditunggupun tiba, ku datangi acara pernikahannya dengan sebongkah air mata dan sesak dalam dada. Aku tak kuasa melihatnya, kepalaku pusing, aku pun tak sadarkan diri, ketika terbangun aku sudah berada di dalam kamarku. Oh ternyata ini hanya mimpi.
Ternyata memilikimu hanya bisa ku raih dalam mimpiku, maka aku rela terpejam beberapa saat lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar