Lagi-lagi kita temui percabangan hati; antara mempertahankan
yang sudah lama namun tak pasti, seseorang yang sudah pergi dan takkan kembali atau keragu-raguan yang baru ingin
dimulai.
Ada seseorang dengan bangganya berbicara bahwa yang mencintainya bukan hanya satu orang
wanita saja, padahal bisa saja beberapa detik dari dia berbicara mungkin ia akan kehilangan satu diantaranya.
Kau tersakiti oleh yang lain, kau datang padaku untuk menutupi sedikit rasa sakitnya.
Kau berusaha melupakan orang yang kau cinta karena tidak dicinta dengan cara mencintai orang yang mencintaimu.
Malam kemarin kau ada di pelukku, entah esok kau berada di dekap siapa.
Aku berada
pada deret pertama dari deret panjang pilihanmu tapi tetap menjadi deret pertama orang yang mungkin takkan pernah kau pilih.
pada deret pertama dari deret panjang pilihanmu tapi tetap menjadi deret pertama orang yang mungkin takkan pernah kau pilih.
Ketika namaku dihapus dari pikiran dan hati seseorang, semoga Tuhan menuliskannya kembali ke orang yang lebih tepat.
Aku merindukan aku, merindukan aku sebelum mengenalmu.
Maumu apa?, kau punya maupun aku tak mau denganmu.
Mauku apa?, ku punya maupun kau tak ingin denganku.
Ikuti arusnya tapi jangan sampai terbawa ombak, sayangnya aku sudah hampir tenggelam.
Kalau bukan kau orangnya, lantas siapa lagi?.
Sebaiknya yang tiada kembalilah tak ada.
Walau sekedar harap, sejauh ini cintamu adalah kebohongan yang sangat memabukkan.
Ketika ada cinta baru namun gagal paling tidak dapat melupakan kesedihan karena cinta sebelumnya.
Kita tidak saling mengaitkan borgol, jika gerakmu merasa tak bebas, pergilah kapanpun kau mau.
Kusiram raksa pada geronggang rahang hingga ke hati. Berharap segala rasa ini menguap dan hilang dengan sendiri. Untuk semua perkara rasa yang sebaiknya tidak terucap, aku mohon perhatiannya Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar