Jumat, 22 November 2013

Walau Tak Bergelar RR

Asal aku tidak mengernyitkan dahi ketika pulang bekerja dia sudah amat bahagia.
Asalku tak menaikkan alispun tambahnya, ketika aku berhari-hari tak kunjung pulang ke rumah.
Orang yang selalu menyisahkan makanan; keripik bawang, lanting dan kembang goyang yang didapatnya dari mana entah untuk aku karena ia tahu percis itu makanan kesukaanku.
Orang yang murka jika sholatku telat, yang marah jika aku puasa tapi lupa sahur atau orang yang berkata jangan aneh-aneh ketika aku berlagu lagak ingin puasa geni atau mutih.
Orang yang terus mengingatkanku untuk selalu berlaku baik walau sekalipun ke orang yang tak kusuka.
Orang pertama yang menangis jika di luaran aku bertengkar karena ia tahu aku banyak musuh.
Orang yang mengantarkanku kemanapun tujuannya ketika perlu.
Orang yang mendukungku bekerja menjadi IT di perbankan karena sesuai latar belakang pendidikanku, seharusnya dia tahu aku tak bisa memakai rok, sepatu berhak tinggi dan jika bersolek wajahku lebih terlihat seperti banci atau orang yang bersikeras menyuruhku  melamar PNS dan aku selalu bilang tidak mau karena aku tipe orang yang tidak pernah percaya keberuntungan dan lebih percaya nepotisme. Biar kini aku bekerja dengan caraku.
Aku orang yang terus kau ceritai tentang buruknya perangai pasanganmu, tapi terkadang aku masa bodo' dan seraya berseru kalau dia begitu mengapa dulu kamu mau.
Orang yang tak pernah bisa kudengar keluhannya, sekali mengeluh yang kubisa hanya memberinya uang, walau tak banyak, tapi bukankah uang menyelesaikan setiap keluh dan masalah.
Orang yang selalu menerima pilihanku terhadap pencarian pasangan hidup asal cinta, setia, menerima apa adanya dan seagama.
Orang yang paling terluka ketika aku dilukai oleh cinta.
Aku anakmu Ma, yang banyak buruk dan kurangnya, maaf dan terima kasih untuk semuanya hingga saat ini. Biarlah aku terlahir dan hidup untuk menghidupimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar