Selasa, 02 Desember 2014

Limbung

"Sehabis Hari Raya kau jadi ke Jakarta kan?"
"Iya."
"Tanggal berapa tepatnya?"
"Aku belum tahu."
"Kalau kau ke Jakarta seperti rencana kita semula? kita akan bertemu bukan? dan beberapa hari akan menghabiskan waktu bersama."
"Ng..."
"Kalaupun aku bertemu denganmu nanti, sesungguhnya aku tak sanggup, bukan hanya tak kuasa sekadar melihat matamu, sesungguhnya aku tak rela ketika kau melewati hari bersamaku dan esoknya kau tertidur di dekap kekasihmu. Kau pasti bingung, akupun Za. Bagaimana bisa aku mencintaimu, seseorang yang jelas-jelas milik orang lain. Aku benci perselingkuhan, tapi kau boleh selingkuh jika pasanganmu tak baik, sedang ku tahu pasanganmu amat baik dan mencintaimu lebih dari aku mencintaimu. Mencintaimu sama halnya merubuhkan prinsip dan harga diriku sendiri. Jujur, aku mengutuk ciuman kita waktu itu kalau perasaanku harus jadi seperti ini, tapi aku tahu aku, aku seseorang yang tak pernah menyesali apa yang sudah terjadi. Tapi kita sama-sama tahu, terkadang kita tak bisa mengontrol perasaan sendiri, terlebih perasaan orang lain, seperti halnya kau tak dapat melarangku untuk berhenti mencintaimu atau paling tidak sekadar berhenti memikirkanmu, atau yang lebih sederhana berhenti menuliskanmu, seperti tulisan ini."
"Iya, aku juga cinta kamu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar