Beberapa hari ini Hyna banyak memiliki waktu kosong, dipakainya untuk menulis atau sekadar membaca dan sesekali bersedia menjadi pendamping bayaran di acara pernikahan maupun wisuda kawan.
Ketika bosan Hyna membuka buku catatan kecilnya yang berisikan hal-hal aneh dengan tulisan tangan yang sangat buruk. Di situ pula tertulis daftar nama laki-laki yang dua, tiga, empat kali pernah berkencan dengannya. Jumlah yang lumayan banyak, sekitar duapuluhan lebih. Bahkan Hyna tidak mengerti mengapa laki-laki sebanyak itu pernah menyukai dirinya. Hyna memang sudah lama tidak memakai banyak perasaan seperti wanita kebanyakan, hidupnya penuh realistis serta pemikiran-pemikiran logis, sebab akibat, asas manfaat bahkan bisnis. Laki-laki yang hanya berorientasi birahi sudah pasti dicoret dari daftar nama yang mungkin ia ingin seriusi. Di masa yang disebut purba dan belia, Hyna pernah benar-benar mempunyai perasaan, tapi itu dulu ketika dadanya belum tumbuh sempurna dan utuh.
Hyna sadar dia bukan pusat alam semesta. Dia mungkin tidak bisa menarik seseorang karena fisik, yang dapat diberikan hanya perasaan nyaman dan menemukan diri dalam diri laki-laki itu sendiri. Namun salah satu dari banyaknya kesalahan Hyna adalah dia tidak pernah berani jatuh cinta; ia selalu berusaha jatuh pada orang yang mencintainya lebih dulu.
Tetapi ketika dia terbangun pagi ini, ia sadar telah banyak mengabaikan orang-orang yang berusaha mendekat, atau bahkan mungkin di luar sana ada orang yang benar-benar menginginkannya dengan sabar dan mengasihinya dengan sangat.
Kali ini dia tidak boleh bertindak bodoh dengan mendiamkan sesuatu yang seharusnya diburu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar