Selasa, 17 Januari 2017

dari Selangkangan Naik ke Hati



Sepertinya sudah jadi rahasia umum saya termasuk seorang prinsipil. Saya percaya bahwa dua hal ini harus kau cari sendiri, yakni: pekerjaan dan pasangan. Agar tak ada kata ungkit balas budi di masa depan. Beberapa hari ini kawan perempuan terdekat saya sebut saja namanya Sati merengek terus minta dicarikan kekasih ditambah syarat kali ini tolong jangan lagi fuckbuddy.

"Kau pikir gampang mencarikanmu pasangan, aku tahu lah kualitasmu masa lancang kau ku kenalkan dengan laki-laki yang teriak-teriak anti kemapanan dan minum intisari di gang-gang," kelakar kita panjang.

"Belum lama aku kenal dengan seseorang yang bidang pekerjaannya tidak jauh-jauh dari kita, dia kerja di payment gateway mungkin cocok denganmu. Besok aku menemui orangnya, ku pastikan lagi ya, dia ke arah sana atau tidak."

Aku menemuinya sore itu. Laki-laki yang lumayan pintar namun banyak bicara, sangat terbuka dan terlalu ingin menunjukan dia siapa. Pencair suasana, asik walau sedikit ada kata sok di depannya, menyenangkan dan teman berbagi yang menggembira kan ku pikir. Singkat cerita kuajukan niat untuk mengenalkan Sati padanya. Dia pun menggebu tanda setuju.

Beberapa hari setelahnya ku tunjukan foto laki-laki itu pada Sati betapa terkejutnya lah dia. Ternyata mereka berdua sudah saling mengenal satu sama lain, maka bahagia lah saya. Penilaian bukan datang dari mulut saya melainnya dari Sati langsung.

Lalu saya dan Sati melakukan obrolan panjang di telepon genggam.

"Dia temannya teman kantor ku, sempet chat dan lain-lain juga. Dia interest banget sama gue, lumayan seru pernah ketemu sekali di Kemang. Rajin chat gue walau gue jarang balas. Tapi sekarang udah gak, karena gue gak enak, dia chat terus tapi gue nya ogah-ogahan gitu balasnya. Gue gak bisa basa basi dan tak bisa seperti ingin tapi tak ingin. Tapi major reason dia pervert abis anaknya, ya ketahuanlah cowok-cowok yang cuma pengen makinglove doang. Kayaknya sih, dia suka sama gue, sebenarnya sex menjadi rumit buat gue, hanya ketika gue gak suka."

"Nah sebenarnya gue tahu dia pervert, makanya gue berani ngenalin dirimu denganya. Maaf ya Sati, aku jahat mau mengenalkanmu ke seseorang yang ku tahu brengsek sebelumnya."

"Mau ngewe? ayo aja, masalahnya dia gak bisa bikin gue mau. Sering kali gue gak bisa kalau gak ada ketertarikan dasar, chemistry dan dia udah ngilangin itu dari awal, begitu pun dengan teman kita yang satu lagi, siapa namanya?"

"Hesa?"

"Iya. Harusnya cowok-cowok bangun dulu lah chemistry baru setelah itu bangunin deh hasrat kita. Dia ngelihat dada gue dikit aja pikirannya langsung ke mana-mana. I mean, hello.. lo gak pernah lihat cleavage gitu sebelumnya? Gue pikir sex bisa ngisi kekosongan, ternyata enggak. Selepas dari mantan gue yang lo tahu itu, gue udah tidur sama tujuh cowok, dari tujuh cuma dua yang pakai hati. Selebihnya suka-suka dikit karena kebawa obloran seru, satu lagi karena alkohol, yang lainnya karena pembalasan masa lalu atau pernah juga bule ya karena cuma faktor penasaran. Cowok yang gue gila-gilai di kantor lama kita sorry to say mainnya gak bagus, gue jadi ngerasa kurang nyaman. Nyaman di hati gak selamanya berbanding lurus dengan nyaman di ranjang. Tapi di satu sisi cowok yang gue suka sekarang he is my best sex story. Tapi apa nyaman di hati? nope. Kesimpulannya sex tidak menggantikan apa pun dan siapa pun. Sex cuma perantara, sex cuma ilusi, sex cuma sex. Terus kenapa gue menolak tidur sama yang lo kenalin tadi? karena gue ngerasa dia tak cukup seksi secara fisik kemudian pikiran untuk berkakhir dengan malam panjang penuh desahan. Perempuan pun visual ternyata dan melihat gabungan antara intelektualitas juga. Seksi di sini bukan berarti ganteng parah, berbadan kekar semerbak taman surga ya. No, there something yang namanya sex appeal. Dan pria yang tengah kita bicarakan ini seksi cara berpikirnya tapi bangsat-bangsat nanggung. Banyak laki-laki ingin menghabiskan malam panjang dengan berbotol-botol bir yang kita sama-sama tahu itu cuma teori. Iya dengan dalih ingin killing time ngobrol sampai lama blablabla padahal kita sadar itu gak mungkin. Because i know from his looks, ekspresi dia, cara dia nutupin keinginannya untuk nyobain gue. Kita tahu dia tipe-tipe cowok yang akan membawa perempuannya ke zona ngobrol paling nyaman sampai akhirnya dari meja kopi bisa pindah ke ranjang. Kenapa failed? karena pemain berhadapan sama pemain juga, hahhaha," tawa kita menggema seolah-olah bangga.

"Menurut lo kalau one day gue ketemu yang modelnya kayak gitu, kira-kira gue bisa jatuh ke pelukannya gitu gak?"

"Ya enggak lah. Lo tuh orang yang paling jago kalau urusan the power of control your self. Tapi gini sih some day lo ketemu sama orang yang bisa menyentuh sisi terdalam lo sebagai perempuan. Mungkin lo akan nyerah gitu aja tanpa perlawanan. Susah buat lo nemuin cowok yang tanpa mereka ngajak sekali pun lo akan dengan senang hati menawarkan diri untuk dinikmati. Outputnya? senyum cerah sepanjang tahun. Jadi, pertanyaannya kenapa udah umur segini pun gak mau senggama? hah!"

"Hahahaha pertanyaan klise yang sangat mudah dijawab tapi sulit dipahami banyak orang. lima alasan mendasarnya adalah gue terlalu cinta sama diri gue sendiri dan gak akan satu orang pun gue izinkan memasukan kelaminnya ke kelamin gue sehingga membuat rasa geli-geli perih, gue phobia rasa sakit. Yang kedua dan masih berkesinambungan, gue bisa lakuin itu sendiri dari umur tiga tahun tanpa melakukan aktivity menyentuh kelamin atau apa pun, ku rasa pun rasanya akan sama aja. Penetrasi di dalam atau cuma di pinggir. untuk masalah ini gue gak bisa ngomong banyak, gue udah lakuin penelitian ke orang-orang yang punya kebiasaan serupa ketika gue baru menginjak sekolah menengah tingkat pertama dulu dan sampai sekarang gue meyakini itu bukan sebuah waham dan tak perlu gue tutupi. Ketiga gue punya cita-cita meninggal dalam keadaan suci atau jadi orang suci yang tinggal di tebing salju dingin di lereng gunung entah lah di mana itu, seperti sosok yang diritualkan. Keempat gue rasa gue belum nemu orang yang sesuai  aja sih."

Tak lama suara pintu dibanting begitu keras, bunyi banyak serapah terlontar begitu saja. Sati dari telepon pun bisa merasakan tangan dan dadaku bergetar hebat.

"Sati.. itu lah alasan terakhir ku, gue belum mau melakukan hubungan badan karena takut melahirkan anak-anak yang tak berbakti kepada kedua orang tuanya, anak yang tak pernah hormat pada orang yang lebih tua. Adik yang membuat badan dan hatiku lebam ketika aku masih berseragam sekolah dulu sampai percakapan ini berlangsung."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar