Tahun ini saya menambah dan mengurangi orang-orang yang masuk ke dalam list pertemanan. Semakin tahun semakin sulit dirasa bisa berkarib baik dengan orang lain, bukan menghindar tapi memang pertemanan erat tak cocok untuk beberapa orang yang tak lihai berbasa bahasa basi.
Laki-laki dari Salihara yang mendahulukukan ojek online harus datang duluan menjemputnya sudah pasti jika mengajak sekadar menonton teater kembali akan langsung ditolak. Perempuan berdada besar yang katanya ratu di ranjang pun yang mempermasalahkan utang piutang yang saya tidak ketahui tapi dipermasalahkannya tak kan pernah ada lagi di kontak telepon genggam saya. Penjual-penjual atas nama seni yang mengingkari janji nya sendiri pun tak kan pernah lagi saya hubungi, sekalipun ada keperluan mendesak dengan dalih project besar.
Berkumpul dikeramaian tahun baru membuat kepala saya pusing, alhasil ajakan horehore dari siapa pun akan saya tolak kecuali yang menjajikan ketenangan dan bangun-bangun tahun sudah berganti.
Dialah Cat pria yang memosting foto tahun baru di sosial medianya berwarna hitam yang artinya suram, ya suram kataku jika tahun kemarin kukabari saya ini kekasih orang tapi tahun ini masih bersama saya ternyata. Cukup pemberani juga, nyalinya. Hubungan kami dilandasi atas dasar kebohongan hanya untuk menjaga perasaanya, makin hari makin besar tapi tak kunjung berakhir. Intinya saya yang salah. Bagaimana pun juga saya salah mempersilahkan orang asing masuk ke hati saya yang pada dasarnya hanya bisa menampung satu nama, walau sebenarnya lima nama pun bisa.
Saya bilang tahun baru saya kali ini akan saya habisnya bersama teman-teman kecil saya, ternyata
saya malah menyewa apartment yang berisi kekasih dan teman kekasih saya.
Kuat juga marahnya dari 2016 sampai 2017, saya terus dimaki-maki, tak mau bertemu dengan saya lagi katanya.
Siapa takut?
.
.
.
Siapa tak bisa tidur?
saya
ya itu saya
saya pusing dan ternyata saya tak bisa pula hidup tanpanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar