Kamis, 24 Oktober 2013

Selingkuh Jangan Dijadikan Watak

Sesungguhnya aku tak kenal betul dengannya, yang kutahu laki-laki itu adalah teman kerja kekasihku. Buat orang sepertiku, kenal dengan seseorang seperti pisau bermata dua, kau akrab di lampau bisa berjarak dan asing di kelak, oleh sebab itu aku tak pernah mau akrab dengan siapapun. Watakku yang keras dan omonganku yang pahit pedas serta kalau tak suka dengan seseorang terang-terangan, menjadi point yang memperkuat bahwa sebaiknya aku tak terlalu dekat dengan banyak orang. 

Kembali ke laki-laki itu. Laki-laki yang berparas menawan, bergurat wajah seperti aku keCina-Cinaan, berkulit putih susu dan bermata sendu, perawakannya pun tinggi besar tapi karena akhir-akhir ini dia sering mengkonsumsi alkohol perutnyapun membuncit. Laki-laki yang mempunyai kepribadian yang sangat tertutup terutama masalah cinta. Lahir dari keluarga berada, dengan kedua orang tua yang telah berpisah. Ayahnya penulis skenario dan asisten sutradara pada masanya,
sekali ku pernah diajaknya ke sana, rumah yang cukup besar nan indah dan berada di jantung kotanya ibukota, tapi terasa gelap, lembab dan dingin. Di sana pun terpampang piala penghargaan ajang paling bergengsi perfilman yang pernah diperolehnya. Waktu itu aku ke sana bermaksud untuk mencuri ilmu dari ayahnya karena pada saat itu aku sedang menulis skenario untuk film layar lebar, beliau tipe orang yang menyampaikan sesuatu dengan panjang lebar tak putus tapi tak mau di tengah-tengah omongannya disela, sedang aku sering memotong, aku seperti mengikuti perkuliahan pikirku dan itu menyenangkan.

Kembali ke laki-laki itu. Laki-laki yang menjadi putranya, laki-laki yang kusorot pada tulisan ini. Pradugaku awalnya dia trauma untuk membangun suatu hubungan dengan lawan jenis, di umurnya pun yang sudah tak muda lagi kulihat dia masih asik sendiri, kisah percintaannya pun hening terdengar. Sampai akhirnya dia mempunyai seorang kekasih dan berani mengenalkannya kepada teman-temannya. Ikut bahagialah aku mendengarnya. Kawan-kawanku lainnya sudah mengenalnya lebih dulu, tidak dengan aku. 

Singkat cerita aku bertemu dengan perempuannya beberapa kali, tetapi di acara ulangtahun anak dari kawan kami menjadi awal cerita ini dimulai, dia menanyakan PIN BBM aku agar bisa berkomunikasi tuturnya, karena aku sudah tidak menggunakan smartphone tipe itu lagi dan dia mengaku tidak mempunyai instant message lainnya, maka kuberi alternatif bagaimana kau follow akun twitter aku saja. Awalnya ia ragu, kubilang kenapa? ia bilang masih banyak kenangan dengan mantannya di akun itu secara sudah enam tahun perempuan itu dengan mantannya membangun hubungan, ku bilang percayalah itu hanya masa lalu, tak akan kupermasalahkan. Ia mengangguk tanda setuju. 

Sesampainya di rumah dan haripun berganti aku mulai curiga dia sering memosting sesosok pria yang dia sebut mantannya, jika hanya masa lalu mengapa masih banyak percakapan memuja muji pengumbaran kata sayang perempuan itu kepada mantannya, dari hari ke hari setelah sudah membangun hubunganpun dengan kawanku. Kucoba selidiki, kucoba pengumpulan banyak bukti, saksi dan menganalisa masalah, perempuan itu ternyata masih sering berkomunikasi dan bertemu dengan kekasihnya terdahulu. Satu kalimat yang keluar dari mulutku kala itu 'kawanku diselingkuhinya'. Ternyata perempuan itu belum pernah benar-benar putus dengan kekasih terdahulunya, atau apalah persepsi yang berkembang di kepalaku pada waktu itu, yang aku yakini bahwa kawanku tengah dibelakangi. Padahal kulihat kepribadian perempuan itu sekilas baik, ramah, berhijab walaupun baru-baru ini saja dan dari segi usia jauh di bawah kawanku.

Sebagai seseorang yang tidak ingin ikut campur urusan orang lain pada awalnya, alhasil aku hanya bisa diam, namun semakin lama perempuan itu semakin nyata main gilanya, bukankah manusiawi jika pada akhirnya aku merasa gerah. Ku coba menceritakan hal ini dengan kekasihku, lalu istri dari kawan kekasihku, jadi kalau pada akhirnya bangkai itu terendus juga bukan dari telunjukku langsung yang memberi tahu arah sumber baunya, paling tidak dari orang ke berapa.

Di sini aku banyak belajar, kita belajar bahwa jangan pernah terkelabuh kemasan. Dia serupa rubah, seperti pengemis yang seolah-olah harus dikasihani padahal kaya harta, dan borok yang menempel pada kulitnya adalah palsu. Perempuan itu berjalan dengan resleting dan kancing terbuka tapi berlagak memakai penutup badan untuk ibadah. Kawanku diakuinya sebagai saudara bukan sebagai kekasihnya di ruang publik, di depan teman-temannya, ironi memang. Dia bilang kawanku itu kokohnya dan kakak kawanku yang seolah-olah kokonya itu adalah orang luar negeri atau segala hal omong kosong dan kemunafikan-kemunfikan lainnya, terkadang sadar diri itu perlu dan mengapa kau tak menjadi dirimu sendiri saja, ingin kuteriaki jelas di samping telinganya. Ketahuilah pencitraan menjadi orang baik-baik dan yang bagus-bagus untuk menutupi perilaku yang seperti binatang sejatinya tidak akan menutupi apapun.
Tiap-tiap dari kita punya dan memikul pelajarannya masing-masing dalam hidup. Ku dengar kabar, akhirnya kawanku mengetahui perselingkuhan perempuannya dan seraya meminta penjelasan kepadanya, kupikir sudah clear dan bukankah cinta maha pemaaf, memaafkan pasangan sekalipun kesalahan dilihat dengan mata terbuka. Bodohnya adalah  kejadian itu terulang, perempuan itu buat ulah lagi, perempuan ini seperti tak jera, di otaknya mungkin berpikir kawanku tidak akan marah dan tidak akan tahu kalau dia masih berhubungan dengan kekasihnya terdahulu. 
Karena kepalang basah akhirnya aku menyeburkan diri menanyakan langsung ke kekasih terdahulunya, dan betapa terkejutnya pula kekasih terdahulunya bahwa iapun tengah diduakan oleh perempuan ini, 'busuk dan menang banyak sekali' murkanya pada saat itu.
Tua usia tidak menjamin banyak pengalaman dan melek intelektual, ada yang berumur tapi masih bisa-bisanya dikelabuhi anak kemarin petang, kawanku contohnya.

Minta maaf lantas mengulangi kesalahan yang sama membuktikan bahwa yang bodoh bukan hanya peminta melainkan pemberi maafpun. Bersama dengan orang yang salah, memaafkan terus tanpa berubah, mau jadi apa. Khilaf itu sekali, kalau berkali-kali seperti ini namanya watak. Berlapang dadalah dalam hal mengakui salah dan jika kawanku masih memaafkanmu berubahlah untuk hubungan yang lebih baik, pilih satu antara dua, kawanku atau kekasihmu terdahulu bukan malah berkelit memberikan kesaksian palsu. Terkadang menjadi bebal itu diperbolehkan hanya untuk hal yang benar.
Secinta-cintanya kita terhadap pasangan, paling tidak menjadi rabun itu lumrah kalau bisa jangan sampai buta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar