Minggu, 29 Juni 2014

Lelaki yang pada Punggung Tanggannya Ku Cium

Mungkin ketika menulis ini perasaan kita sudah kembali pada tempat yang seharusnya. Wahai engkau lelaki baik yang kutahu baik ke semua, katamu baik itu relatif dan aku sependapat, seperti halnya dengan cantik atau malah brengsek. Kau lelaki santun dan apa adanya yang menemuiku kala itu, memang hatiku selalu saja lemah dengan seseorang yang sederhana. Terima kasih sudah menemaniku di kotamu waktu itu, berkesempatan bertemu denganmu aman dan tenang rasanya. Terima kasih sudah menghabiskan banyak waktu lelahmu bersama seseorang sepertiku yang mungkin tak ada artinya ketika kelak aku harus kembali ke kotaku, tapi kau sangat berarti untukku setidaknya ketika aku di sana. Terima kasih telah berteduh denganku karena hujan yang datangnya tiba-tiba, terima kasih kau telah datang walaupun posisimu sibuk dan lokasi kita sedang berjauhan, terima kasih atas makan malamnya di salah satu store tempat kerjamu, terima kasih untuk sabarmu menungguku meeting berjam-jam, terima kasih untuk mengantarku membeli buah tangan, terima kasih sudah meluangkan waktu sesering mungkin menjemput dan menemuiku tanpa mengeluh, terima kasih kau telah rela jok motormu diduduki oleh orang seberat aku dan terima kasih telah menjaga dan terjaga di sampingku sembari melakukan percakapan-percakapan ranjang kita sampai pagi menjelang.
Aku tak suka kopi, tapi aku suka kamu, kamu kafein paling ampuh, kataku. Sedang kau sangat suka kopi, tapi ujarmu aku jauh di atasnya kopi, jadi kau suka sekali dengan aku, mungkin itu lelucon yang tak kan pernah ku lupa. Terima kasih atas debar di dadamu jika di dekatku, terima kasih untuk banyak pelukan dan kecupan hangatmu, terima kasih untuk nyaman yang terlanjur, terima kasih untuk rasa yang salah ini. Aku pulang dan pada dekapmu bukan hanya sekadar ingin kembali tapi aku juga ingin sekali mengulang. Pada Jogja, 15 - 18 Juni 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar