Senin, 14 Juli 2014

Ini Bukan Cerita Religi

Menurutku kini dunia makin melumrahkan segala hal, tak terkecuali cinta. Ini cerita tentang dua orang kawan di tempat yang berbeda.

Satunya rekan kerjaku di tempat lama, sebut saja namanya Bima. Sering makan siang bersama menjadikan kita akrab dan terbuka masalah cinta salah satunya, dia menceritakan kekasihnya yang merupakan pekerja malam. Dia harus merelakan orang yang dicintainya dipajang di etalase sebuah rumah bordil di bilangan Kota. Dia memasrahkan kekasihnya dijamah orang lain selain dia dan ketika pulang kerja mereka berdua bercumbu seolah-olah tak terjadi apa-apa. Uang yang dihasilkan perempuannya sebagian diberikan ke Bima untuk menyambung gaya hidup mereka berdua dan sampai sekarang mereka hidup berbahagia.

Satunya lagi serupa tapi tak sama. 

Belum lama aku dikunjungi kawan adikku dan kekasihnya, kekasihnya seorang desain grafis dan tatto artis. Jadi aku memutuskan untuk membahas masalah keloid dengannya. Aku bisa lihat laki-laki yang menatap hangat perempuannya, laki-laki itu biasa dipanggil Yogi. Selang beberapa hari ku lihat perempuannya jalan dengan lelaki lain yang disapanya dengan kata 'papi' dan dari kejauhan ku lihat ada Yogi pula, ternyata untuk bertemu dengan papi, Yogi yang selalu mengantar kekasihnya itu. Lalu usut yang terdengar, barang-barang atau uang yang diberikan papi separuh lebihnya memang diperuntukan untuk Yogi dan kesenangan mereka berdua.

Oh hidup.. sepertinya memang banyak pemakluman dalam cinta dan dewasa kini cinta itu sendiripun sudah kehilangan makna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar