Dengan tangan yang sangat dingin dan gemetar ku tulis surat
untukmu, surat yang ku tahu tak mungkin kau baca. Aku tahu surat ini tidak akan
lebih indah dari surat-surat yang pernah ku buat saat jatuh mau pun hatiku
patah.
Aku hanya ingin menulis, sesederhana itu.
Aku hanya ingin menulis, sesederhana itu.
Sesederhana ketika pertama kali pasang mata kita bertemu di beberapa
bulan pada tahun yang lalu. Ku lihat matamu
sebagai mata seorang laki-laki yang sangat hangat dan mengasihi pasangan.
Mata yang membuat mata hatiku berkata kau tak berhak diperlakukan semena-mena sekali
pun oleh orang yang kau cinta.
Aku benci ketika pertama kali kau dipanggil dengan nama
kesayangan yang seperti binatang peliharaan oleh kekasihmu, ya kekasihmu kawan adikku sendiri yang sudah
lama ku kenal. Kau tak pantas diperintah dan dikasari di depan mataku, di depan
mata kami.
Kita memulai percakapan dengan bagaimana jika pergelangan
tanganku kau gambar, tetapi di lain sisi tanpa ku sadar mungkin aku keloid.
Lalu tanpa canggung aku memperlihatkan bagian tubuhku yang tak sembuh penuh
untuk kau sentuh.
Dari situ semua dimulai. Hari-hari berjalan kau banyak
mencari tahu tentang aku. Kau terus meluangkan waktu sekadar berbincang dan
mengunjungiku. Aku suka semua caramu
memperlakukan aku.
Untuk kau laki-laki yang sering mencuri kecup pada setiap
pertemuannya dan aku yang selalu menolak. Jika kau benar-benar mencintaiku, berjanjilah
dengan tidak pernah meninggalkan kekasihmu untukku, karena jujur aku tak bisa
bertanggung jawab atas segala rasamu yang terlanjur.
Tak perlu bertanggung jawab jika memang bukan tugasmu~
BalasHapus