Senin, 23 Februari 2015

Perasaan Paling Mematikan Setelah Tak Diinginkan adalah; Perasaan Bersalah

Sudah hampir setahun berlalu dari pertemuan pertama kita di sebuah ruang tamu. Dengan karpet, sofa, bumbu rujak, kerupuk, adikku dan kekasihmu yang menjadi saksinya.

Ku tak menghalangi percobaanmu untuk dekat denganku walau ku tahu raga dan hatimu sudah termiliki. Tak dihalangi bukan berarti tak ku beri batas. Sewaktu waktu saat kau lalai mengantar jemputku mungkin itu waktu terbaikku untuk mengakhiri kedekatanku denganmu.

Sedang kau lelaki gigih, seberapa pun kau ku hindari, ayahku mengusirmu karena tubuhmu bertatto, ibuku yang menuduhmu seorang begundal, kau tak kan pernah merasa gentar.

Mungkin aku orang yang tepat dan sudah lama kau ingini tapi tak pernah bisa kau capai. Ketika bosan sedang menggerayangiku, aku membuka celah untuk kau bisa masuk kembali ke kehidupanku beberapa minggu lalu. Aku seperti memberi sesuatu padahal ku tahu itu kosong.

Aku berpikir cuma orang bodoh yang berselingkuh memakai hati dan ternyata aku salah, kau benar-benar mengasihiku. Ku tak berpikir kau bisa sampai sejauh ini, memutuskan hubungan dengan kekasihmu hanya untuk bersama aku.

Untuk laki-laki yang selalu mengingat percakapan dan tingkahku dari awal bertemu hingga terakhir kalinya. Sungguh aku tak pernah benar bersungguh-sungguh pada awalnya, aku hanya iba dan sakit saat tak baik kau diperlakukan kekasihmu namun kau tetap masih mau bersamanya.

Ku tahu sekarang ini kau sudah di atasnya kecewa padaku dan keadaan tidak akan kembali pada tempatnya. Demi dunia maafkan aku yang telah menyakitimu tanpa bisa memberi dunia atau mengembalikan dunia padamu.
Dan sekarang mungkin aku yang jatuh tanpa ditangkap olehmu sebagai resiko.

1 komentar: