Kamis, 16 Juni 2016

Bagaimana Mungkin Bersinar di Suatu Tempat jika Bukan Takdirmu di Tempat itu


Ketika pengalaman kerja saya baru berpindah kira-kira  >5<10 tempat, saya punya prinsip bahwa harga diri seseorang adalah ketika dia bekerja, tapi hari ini dan beberapa banyak bulan belakangan ketika sudah berpindah tempat >/ 11 paradigma saya berubah. 

Saya di usia kepala dua ini sudah mengalami banyak hal dalam dunia kerja. Saya merasa sudah lelah dan hampir segala senang dan duka di dunia kerja sudah saya lalui. Penghasilan yang sekarang ini (gaji dan di luar gaji) saya kira sudah cukup, mengingat gaya hidup saya yang apa adanya pun masih dapat terpuaskan, permasalahannya hanya belum stabil, yang penting tak punya utang.

Sebelum membaca kalimat ini pasti kalian melihat gambar dengan quote besar yang sudah sering kalian dengar pada iklan sebuah coklat. Ketika pertama kali melihat iklan itu saya agak tersedak. Bagaimana mungkin kamu bisa bersinar di suatu tempat jika bukan takdirmu di tempat itu, pikirku. Saya sangat mengAamiini quote klise yang berbunyi orang tepat di tempat yang tepat.

Performa seseorang terkadang tidak hanya bisa dilihat hanya karena dia tidak bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Tapi, rekan dan atasan yang kooperatif, suana kerja yang menyenangkan, infrastruktur yang memadai mengambil alih gairah kerjamu di sana. 
Jika seseorang pekerja tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, tidak hanya pekerja itu yang harus intropeksi namum tempat ia bekerja pun harus dikoreksi. Mungkin ada yang salah.

Mengambil quote dengan perubahan dari salah satu tulisan yang pernah saya baca.
Apa yang dapat saya kerjakan sendiri, baiknya saya kerjakan sendiri. Tak perlu suka menyuruh-nyuruh, tak pernah punya kebiasaan senang memerintah-merintah. Tak heran jika saya tak sudi diatur-atur, diperintah-perintah.
 “Tulang punggung saya terlalu keras untuk membungkuk di hadapan siapa pun.”

Apakah duduk di kantor 8 jam atau lebih efektif?
Tidak menurut saya.
Kita harus melakukan hal lain selain bekerja, kita harus berkumpul dengan keluarga dan teman, kita harus bercengkrama dengan pasangan, kita harus menyalurkan hobi, kita harus berolah raga, kita harus punya pleasure yourself.
Lembur boleh, tiap hari jangan!

Kebutuhan akan Penghasilan dan Gaya Hidup
Seorang kawan yang beberapa kali kedapatan setiap nongkrong (pura-pura) tidak membawa ATM dan uang tunai mengajak saya mengobrol hal yang menurut saya tidak produktif di sebuah kafe. Bersikeras saya menolaknya. Saya bilang saya lapar dan uang dua puluh lima ribu rupiah hanya cukup membeli ice lychee tea yang lecinya pun sudah dipotong kecil-kecil, sedang di sini (di sebuah rumah makan Aceh) saya bisa makan karbohidrat.
Kita semua butuh uang untuk makan dan bertahan hidup, kita butuh bertemu kawan tapi tidak sekadar nongkrong hore hanya untuk menunjukan level.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar