Setelah mengenalmu menulis puisi untukmu itu bagianku. Bagianmu menulis puisi untuk yang lain saja.
Tak peduli siapa yang menjadi inspirasi-inspirasi disetiap tulisanmu, yang
penting aku tulus mencintaimu sebelum maupun sesudah bertemu.
Mengenal dan bertemu mu mengubah riang tawa menjadi lebih dari sekedar topeng belaka.
Mengubah aksara yang kutulis tentang luka menjadi air mata bahagia.
Aku memang tidak sempurna, Tuhan pun tahu. Aku tak mengeluh, aku bersyukur sekalipun lahir hanya sebagai butiran debu.
Atau hanya sebagai tinta yang ditulis dikertas putih lantas usang karena waktu.
Seharusnya kau tak perlu ganja, kan sudah ada aku. Cintamu serupa candu yang lebih
memabukkan dari sekedar asap yang kau hirup lalu kau buang.
Setelah beberapa hari berlalu, aku meragukan keyakinanmu dan memilih meyakini keraguan diri ku sendiri.
Entahlah apa yang kau rasa, cinta yang diselimuti dengan dusta atau kebahagiaan yang dikafani dengan kepura-puraan saja.
Atau lebih delusional daripada itu karena mungkin hanya sekedar hasrat dan syahwat yang hanya numpang lewat.